PART 8
"Ingat
pesanku, OK.", pesan wanita di balik telepon itu.
"Iya.
Aku akan melakukan apa yang kamu katakan. ", jawab Mike
"Kamu
harus menjaga perasaanmu, ya. Jangan sampai semuanya berantakan. ", kata wanita itu lagi mengingatkan.
"Baiklah.
Aku akan berikan yang terbaik. Aku tidak akan mengecewakanmu.", janji Mike
pada wanita itu.
"Love
you so much, Mike", ucap
wanita itu
"Love
you too, bubble.", balas Mike.
Ia
pun mengakhiri pembicaraan dan meletakkan ponselnya. Mike kembali berkutat
dengan laptopnya. Namun pikirannya melayang entah kemana. Ia tak berhenti
membayangkan reaksi Desi jika wanita itu melihat apa yang sudah dia kerjakan.
Kaget?
Mungkin. Marah? Sudah pasti. Tapi semua ini dia lakukan untuk Desi. Mike pun
tersenyum saat membayangkan wajah kesal Desi yang menggemaskan. Entah apa yang
ada dipikirannya, tapi ada yang berbeda dengan wanita yang satu ini. Dia begitu
menyenangkan. Begitu rapuh dan lembut.
Terbersit
kenangannya saat ia mencium Desi di restoran. Semuanya terasa berbeda. Desi
terasa begitu manis dan memabukkan. Membuatnya ingin terus mencium dan
merengkuhnya ke dalam pelukannya. Bibirnya yang lembut, membuat Mike
tergila-gila.
Tatapan
matanya ketika ia marah atau ketakutan, terpancar begitu jelas di matanya.
Sikapnya yang cuek membuatnya gemas. Mike sangat menyukai tingkah Desi yang
tiba-tiba kaku saat ia mencoba mendekatkan dirinya dengan wanita itu.
Ekspresinya membuat Mike tidak bisa lupa. Desi berbeda dari wanita lain yang
pernah hadir dalam hidupnya.
Wanita
yang satu ini tidak pernah menutupi apa yang dia rasakan. Selalu mengutarakan
apa yang ia pikirkan. Dan walaupun ia mempunyai ketakutan, wanita itu selalu
berusaha untuk menutupinya. Membuat Mike semakin gemas dan membangkitkan sisi
protektif Mike.
Mike
ingin terus berada di sampingnya. Melindunginya. Semua ini jauh dari
prediksinya. Awalnya ia hanya ingin bersenang-senang dengan wanita ini. Tapi
entah mengapa dia selalu memikirkan Desi. Selalu mencoba untuk berada dekat
dengan wanita itu.
Namun
hari ini dia harus menahan itu semua. Dia harus menjaga jarak dengan Desi. Jika
tidak, dia tidak tahu apakah ia bisa menahan dirinya untuk tidak menarik wanita
itu ke dalam pelukannya lalu menciumnya dengan penuh gairah.
Saat
di perjalanan, ingin rasanya ia memeluk wanita itu. Mendekapnya erat. Tapi Mike
mencoba menahan gairahnya. Ingin sekali ia melepaskan gairahnya ke wanita itu,
namun ia tidak ingin semuanya berantakan. Ia ingin menikmati semua ini dengan
perlahan. Membuat wanita itu jatuh ke pelukannya dengan sendirinya.
Gairah
dalam diri Mike rasanya ingin meledak. Sudah beberapa hari ini dia tidak
bercinta dengan wanita. Semua karena Desi. Entah kenapa dia tidak bergairah
melihat wanita lain. Biasanya dia akan selalu memiliki seorang wanita untuk
memuaskan gairahnya.
Namun
setelah ia bertemu dengan Desi, gairahnya akan wanita lain menghilang begitu
saja. Mike bingung dengan perasaan yang dia alami sekarang. Seperti sesuatu
dalam dirinya keluar dengan sendirinya. Sesuatu yang lain dari dirinya.
"Siang
Pak Larosky, ada Pak Alex ingin bertemu dengan Bapak.",
ucap sekretarisnya melalui intercom.
Ada
apa? Kenapa Alex
meninggalkan Desi sendirian? Pikir Mike.
"Suruh
dia masuk.", jawab Mike.
Pintu
ruangan itu terbuka. Mike melihat wajah tenang Alex yang begitu datar.
"Ada apa?", tanya Mike langsung saat melihat Alex masuk ke ruangan.
"Mana Desi?", tanya Mike langsung saat ia memperhatikan bahwa Alex
datang seorang diri.
"Nona
Desi ada di suite room lantai sepuluh, Tuan.", jawab
Alex sopan
"Sedang
apa dia di sana?", tanya Mike kebingungan
"Nona
Desi sedang berbaring di ruangan, Tuan. Tadi Nona Desi sempat pingsan dan tak
sadarkan diri. ", jelas Alex padanya
"Ada
apa? Kenapa?", tanya Mike seraya beranjak dari kursinya dan melangkah
menuju ke arah Alex
"Dokter
jaga di hotel ini sudah memeriksa kondisi Nona Desi. Beliau kurang istirahat
dan kondisi perutnya kosong. Tapi dokter sudah memberikan obat dan infus untuk
mengembalikan kondisi Nona Desi.", jelas Alex sambil berjalan mengiringi
Mike keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa.
Ia
menekan tombol lift pribadinya dan dengan segera pintu itu terbuka. Mereka
masuk ke dalam lift dan bergerak langsung menuju lantai sepuluh. Sesampainya di
lantai sepuluh, ia langsung berjalan di lorong yang panjang dan membuka pintu
yang berada di ujung lorong itu.
Dia
melihat Desi yang terkulai lemah di atas tempat tidur. Tangannya tertusuk jarum
infus. Hatinya terasa sakit dan terluka melihat Desi yang tak berdaya seperti
ini. Ia langsung melangkah mendekat dan duduk di atas tempat tidur sambil
menatap wajah cantik wanita itu.
"Apakah
ada yang perlu saya siapkan, Tuan Larosky? ", tanya Alex
"Siapkan
makanan untuknya dan tinggalkan kami berdua.", perintah Mike.
Alex
pun dengan segera melakukan perintah Mike dan keluar dari ruangan itu. Mike mengamati
tiap jengkal wajah Desi. Matanya yang tertutup rapat, bibirnya yang terbuka
kecil, pipinya yang pucat. Membuat hati Mike sakit.
Wanita
itu terbaring lemah dan dia hanya bisa memandanginya. Apa yang harus dia
lakukan? Pikir Mike. Dia mengelus tangan Desi yang halus. Matanya mengarah ke
tubuh indah Desi yang masih terbalut pakaiannya.
Ah...andaikan
aku bisa memberikan kenikmatan padanya saat ini.
Pikir Mike. Nafas Desi terdengar sangat lembut, membuat payudaranya naik turun
dengan teratur. Gairah dalam dirinya tiba-tiba menggelanyar dan merasuk ke
setiap jengkal tubuhnya.
Ini
harus dihentikan saat ini juga. Jika tidak, ia tahu apa yang akan terjadi pada
wanita ini. Mike menatap bibir Desi yang sedikit terbuka. Ada dorongan dalam
dirinya yang ingin mencium bibir indah itu. Mike mencoba melawan hasratnya.
Namun ia tidak bisa.
Ia
mengelus wajah Desi dengan lembut dan tanpa ragu ia mencium bibir indah itu.
Dikecupnya perlahan. Sekali. Dua kali. Lalu ia mencoba melihat ke arah mata
Desi yang masih tertutup. Menimbang apakah dia akan membangunkan wanita itu.
Lalu ia melancarkan aksinya lagi, kali ini dengan sedikit gairah.
Mike
menjilat bibir itu dengan lembut, membuat bibir itu basah dan menggairahkan.
Dikecupnya lagi bibir itu dan menekannya dengan lembut. Semakin lama jantung
Mike berdegup dengan kencang, membuat dirinya semakin bergairah. Ia pun
menghirup aroma tubuh Desi yang begitu memabukkan. Membuatnya hilang akal.
Lidahnya
mencoba untuk membuka mulut Desi lebih lebar sehingga lidahnya bisa menyentuh lidah
wanita itu. Rasanya begitu nikmat. Ia pun bermain dengan lidah dan bibirnya,
sedangkan tangannya semakin mendekap tubuh lemah Desi dengan erat.
Tiba-tiba
lidah Desi menyambut ciumannya dengan lembut, membuat Mike semakin bergairah.
Entah wanita ini sudah mulai sadar atau tidak, Mike tidak perduli. Yang ia
inginkan saat ini adalah berada di dalam tubuh wanita itu dan memuaskannya.
Mata
Desi perlahan mulai terbuka, namun bibir mereka masing saling bersatu. Desi
membalas ciumannya dengan penuh gairah. Mike melepaskan bibirnya dari bibir
Desi, menatap matanya dan memastikan apa yang dirasakan oleh wanita itu. Tidak
ada rasa kesal ataupun kebencian yang terpancar di matanya.
Hanya
mata sayu penuh gairah yang terpancar di depannya. Wanita ini menginginkannya.
Kemudian Mike mencium Desi dengan lembut. Tangan Desi membelai lembut tubuh
Mike, membuat gairahnya semakin bergelora.
Ciuman
wanita itu pun semakin dalam dan bergairah. Desahan kecil yang keluar dari
bibir wanita itu membuat Mike kehilangan akal. Jantungnya terus berdetak
kencang dan semakin kencang. Gairahnya semakin menggebu. Kejantanannya pun
merespon dengan cepat dan seakan ingin meledak.
Namun,
Mike tidak ingin memaksa Desi untuk bercinta dengannya saat ini. Dia tidak
ingin memperdaya Desi yang dalam kondisi lemah seperti ini. Ia harus menahan
dirinya. Harus. Jika ia ingin membawa hal ini ke arah yang benar.
Mike
menjilat bibir Desi dengan lembut, membuat wanita itu mengerang. Mike menatap
mata Desi dan wanita itu pun membalas tatapannya. Nafas mereka berdua saling
berlomba. Mereka berdua mencoba menahan gairahnya.
"Maafkan
aku.", ucap Mike dengan suaranya yang agak serak karena menahan gairahnya.
Ia melepaskan ciumannya dan menjauh dari tubuh wanita itu.
"Kau
mempermainkanku?", tanya Desi dengan nada lemah
"Aku...",
ucap Mike. Matanya menatap mata Desi dengan lembut.
"Seharusnya
kau tidak boleh.... kita tidak boleh melakukan ini ", kata Desi.
"Kenapa?",
tanya Mike balik
"Ini
salah Mike. Lagi pula kau tahu kenapa dan apa posisiku di sini."
"Tidak
ada yang salah di sini."
"Aku
di sini untuk bekerja, Mike."
"Ya,
aku tahu. Lalu kenapa?"
"Ini
sama sekali tidak profesional, Mike. Aku tidak akan bisa melakukan semuanya
dengan baik kalau kau terus memperlakukan aku seperti ini", keluh Desi
sambil memalingkan wajahnya.
"Kau
tidak perlu melakukan apapun. Aku sudah mempersiapkan semuanya.", jelas
Mike.
"Lalu
untuk apa kau memintaku untuk mempersiapkan acara gathering ini kalau kau sendiri bisa menyuruh
bawahanmu sendiri untuk melakukan semuanya??", tanya Desi menuntut
penjelasan.
"Itu...
Aku... Aku tidak bisa mengatakannya sekarang.", jawab Mike. Mencoba
sedikit menjauh dari Desi.
"Katakan
apa? Ada apa? Jelaskan padaku, Mike", tuntut Desi.
"Belum
saatnya, Des."
"Ada
apa, Mike? Mike!", tanya Desi. Suaranya semakin meninggi.
"HENTIKAN!",
teriak Mike. Desi pun terdiam dan terkejut melihat sikap Mike. Wanita itu takut
dan bingung dengan semua ini. Desi butuh penjelasan. Tapi belum saatnya. Bukan
sekarang. Tidak saat ini. Tidak di saat dia mulai merasakan sesuatu terhadap
wanita itu. Tidak.
"Maafkan
aku.", ucap Mike dan ia pun beranjak dari tempat tidur itu.
"Semua
yang aku lakukan ini untuk kebaikanmu. Hanya itu saja yang bisa kukatakan untuk
saat ini.", jelas Mike pada Desi. Wanita itu memalingkan wajahnya saat
Mike menatapnya dengan rasa bersalah. Dia ingin memeluk wanita itu sekarang.
Ingin menenangkannya. Tapi yang ia lakukan sekarang malah menyakiti perasaan
wanita itu.
Mereka
tak mengeluarkan sepatah katapun, sampai akhirnya Alex datang dan membawakan
makanan untuk Desi. Mike berjalan ke arah pintu kaca besar dan menggeser pintu
itu ke samping. Angin dan udara sejuk memasuki ruangan itu.
Ia
memandang keluar. Angin dingin menerpa wajahnya, meredam gairah dan emosinya.
Mike melangkah menuju balkon dan berdiri tepat di pinggir balkon. Pikirannya
melayang jauh. Entah apa yang barusan ia lakukan. Dia mencium wanita itu dan
dalam sekejap ia membuat wanita itu marah kepadanya.
Mike
merasakan hal yang benar-benar berbeda. Semuanya terasa begitu nyaman saat
merengkuh wanita itu dalam dekapannya. Belum pernah sekalipun ia merasakan hal
seperti ini. Saat ia melihat wanita itu terbaring lemah, hatinya terasa sakit.
Saat ia membentak wanita itu, perasaannya tersayat-sayat. Apa yang terjadi
dengan dirinya? Pikir Mike.
Di
dalam ruangan, Alex sedang melayani Desi yang masih terlihat lemah. Mike
memperhatikan tiap gerakan wanita itu. Dalam keadaan begitu lemahnya, Desi
masih terlihat begitu mempesona. Apa yang membuat dirinya seperti ini? Dia
menjadi kesal dengan dirinya sendiri.
Mike
merasa sepertinya dia tidak bisa mengontrol emosi dan perasaannya ketika berada
di dekat Desi. Ia meremas gagang pinggiran balkon dengan kencang. Melampiaskan
perasaannya pada gagang itu.
Mike
melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kamar itu. Desi menatapnya dengan
perasaan kesal. Mike mencoba untuk tidak menghiraukannya. Dia duduk di salah
satu kursi yang berada di seberang tempat tidur.
"Apakah
ada yang bisa saya lakukan lagi, Tuan Larosky?", tanya Alex sambil
membereskan peralatan makanan Desi. Mike hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalau
begitu saya permisi dulu, Tuan Larosky, Nona Desi.", pamit Alex. Dan pria
paruh baya itu pun menghilang di balik pintu, meninggalkan mereka berdua
sendirian.
"Kau
masih tidak mau mengatakan ada apa ini sebenarnya?", tanya Desi. Wanita
itu mencoba untuk meredam emosinya. Desi menunggu jawaban dari Mike, tapi pria
itu tidak menjawab pertanyaannya. Desi beranjak dari tempat tidur dan mencoba
untuk pergi dari ruangan itu sambil menyeret tiang infusnya.
"Mau
kemana?"
"Pergi
dari sini. Aku sudah tidak diperlukan lagi di sini."
"Duduk."
"Nggak
mau!"
"Duduk!"
"Nggak
mau!"
"DUDUK
!!!", perintah Mike dengan tegas. Desi pun duduk kembali di atas tempat
tidurnya, wajahnya kesal. Ia hanya bisa menggerutu dalam hatinya. Mike beranjak
dari kursinya, melangkah ke tempat tidur dan duduk tepat di samping Desi.
Wanita
itu spontan menggeser posisi duduknya saat Mike duduk di sampingnya. Wajah
kesalnya dan tingkah laku wanita itu, membuat Mike bingung. Entah bagaimana ia
harus menghadapi wanita ini. Dia tidak bisa mengatakan apa yang sedang terjadi.
Apa yang dia rencanakan.
Semua
ini sudah dia persiapkan matang-matang. Semua untuk kebaikan wanita ini. Tapi
entah bagaimana caranya untuk membuat Desi mengerti. Mike terus berpikir
bagaimana dan bagaimana.
"Aku
tidak ingin membuat semua ini berantakan. Sekarang yang perlu kita lakukan saat
ini adalah bekerja sama dengan baik agar semua ini berjalan dengan lancar. Aku
tidak ingin acara kali ini gagal dan berantakan hanya karena keegoisan kita
masing-masing.
Aku
tahu aku sudah melakukan beberapa hal di luar batas. Bahkan melakukan hal-hal
di luar konteks kerja. Mulai saat ini aku akan menjaga jarak darimu dan
membiarkanmu bekerja sesuai dengan kapasitasmu. Semua yang sudah aku
persiapkan, anggap saja itu sebagai bonus untukmu.", kata Mike dengan
lembut.
Mike
berdoa dalam hatinya, berharap Desi mau mendengarkannya. Ia memperhatikan wajah
Desi yang lambat laun mulai tenang.
"OK.
Aku pegang kata-katamu.", kata Desi
"Jadi,
kau akan tetap menghandel acara ini dari awal sampai selesai?", tanya Mike
memastikan
"Iya.
Tapi dengan satu syarat.", jawab Desi
"Apa?"
"Aku
akan melakukan ini dengan caraku. Tidak ada yang perlu ikut campur tangan dari
pihakmu. Siapa pun itu. OK?", jawab Desi.
Mike
terdiam sejenak. Berpikir apakah mungkin ia membiarkan Desi mengerjakan semua
ini sendirian? Apakah ia sanggup melihat wanita itu lelah mengurus semuanya?
Jika Mike menolaknya, ia yakin wanita itu akan pergi jauh darinya. Tidak ada
pilihan lain. Ini satu-satunya cara agar rencananya bisa berjalan dengan baik.
"Baiklah.
Aku setuju.", jawab Mike.
Ia
melihat senyum kecil di wajah wanita itu. Mudah sekali membuat wanita ini
senang. Mike membayangkan bagaimana wajah Desi ketika senang dan puas saat ia
memberikan kenikmatan yang tak terhingga. Tiba-tiba kejantanannya merespon
dengan cepat menuntut untuk dipuaskan. Tapi Mike mencoba untuk menahan dan
meredamnya sebisa mungkin.
Saat
ini dia harus memulainya dengan benar dan perlahan. Semua harus sesuai rencana.
Tidak boleh berantakan lagi. Wanita ini harus menjadi miliknya. Harus.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar