Minggu, 14 Januari 2018

BEAUTIFUL MADNESS (21+) - BAB 9



BAB 9

            Sebuah pesan yang masuk ke ponselnya memecahkan konsentrasi Jack yang sedang serius menonton film. Ia tidak menyangka ternyata film drama bercampur sedikit intrik dan pertikaian bisa menarik perhatiannya. Jack menarik ponsel keluar dari saku celana, lalu mengusap layarnya.
            'Saya sudah berbicara dengan Mba Sasha dan besok beliau akan datang ke acara rapat untuk membicarakan persiapan ulang tahun perusahaan, Sir.'
            Membaca pesan itu, pikiran Jack langsung melayang pada Sasha. Jantungnya berdebar cepat dan ia bisa merasakan antusias yang begitu besar di dalam dadanya.
            'Good. Siapkan bahannya dan besok saya akan hadir juga.'
            Ia mengetik pesan dan langsung mengirimkan pesan itu pada Alfons. Tak disadari seringai kecil melengkung di wajahnya. Jack memasukkan ponsel ke sakunya dan kembali memusatkan perhatiannya ke film yang sedang diputar.
            Wanita, yang entah siapa namanya, memeluk tangan Jack dengan mesra, dan merebahkan kepala mungil itu di bahunya. Sesuatu yang berkobar dalam dirinya, tidak terlalu besar, tapi setidaknya ia bisa merasakan sebuah percikan gairah yang seakan menghilang selama beberapa hari ini.
            Tanpa ragu, Jack menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya. Ia memerhatikan wajah yang terlihat cukup cantik dengan rambut tertata rapi. Sebuah tanktop berwarna cokelat dengan lingkar leher yang sangat rendah menunjukkan belahan payudara yang sangat menantang. Hot pants sepangkal paha pun seakan mengundang tangannya untuk mengelus dan merasakan betapa lembut kulit wanita itu.
            Jack pun mulai meletakkan tangannya di paha wanita itu dan benar saja, wanita itu terlihat senang sekaligus menunduk malu. Tidak menolak sedikit pun pada setiap belaian yang ia berikan. Ia tahu apa yang ada di pikiran wanita itu dan Jack akan segera memuaskan dirinya dengan tubuh indah ini.
            Belaian tangan Jack pun mulai naik ke atas, dari lutut ke paha hingga menyentuh lipatan daerah selangkangan wanita itu. Ia mulai memainkan jemarinya, membelai serta menekan jemarinya di daerah kewanitaan yang masih terhalang oleh celana dengan caranya yang lihai. Tubuh wanita itu pun mulai mengejang sekaligus menikmati setiap gesekan yang Jack berikan.
            Suara erangan kecil pun keluar begitu saja, membuat Jack menoleh dan menatap wajah wanita itu. Mata itu terpejam, menikmati setiap belaiannya. Tangan Jack yang satunya pun mulai membelai tengkuk wanita itu. Untung sekali Damian mengambil posisi tempat yang paling sudut  dan hanya berisi empat kursi sehingga Jack bisa melancarkan kegilaannya yang sudah ia tahan sejak semalam.
            Perlahan Jack menarik turun resleting celana wanita itu, sedangkan tangannya yang lain mulai merambat turun ke belahan payudara yang begitu menantang. Tubuh wanita itu mulai menggeliat gelisah dan Jack semakin melancarkan tangannya dengan lihai. Jack mulai menurunkan kedua tali tanktop dan membiarkannya terongok begitu saja di lengan wanita itu.
            Jack mulai menyelipkan tangannya dari bawah dan masuk begitu saja di balik tanktop itu. Sama seperti apa yang ia duga, wanita ini memang tidak menggunakan bra sama sekali, hanya menggunakan penutup berupa silikon tipis untuk menutupi ujung payudaranya. Tanpa banyak bertanya, Jack melepaskan penutup itu dan mulai bermain dengan puncak payudara yang sudah menegang dan keras.
            Desahan nikmat menunjukkan betapa pasrahnya wanita itu di tangannya. Ia pun mulai membuka kaitan celana wanita itu, memasukkan jarinya ke dalam celana, kemudian membuka sedikit tali G-String itu, lalu jemarinya pun mulai bermain di puncak kewanitaan yang sudah terasa lembab dan basah.
            Seakan terbiasa di gerayangi oleh pria, wanita itu pun mulai membuka kakinya, memberikan jalan masuk pada jari Jack agar bisa bergerak dengan leluasa. Jack pun mulai memperdalam sentuhannya dan memasukkan jarinya tanpa ragu ke dalam kewanitaan itu.
            Suara film yang begitu menggelegar menutupi desahan nikmat yang keluar dari bibir wanita itu. Tangannya yang lain pun semakin liar dan menurunkan tanktop itu semakin ke bawah hingga memperlihatkan salah satu payudara yang begitu tegang dan menantang. Jack memiringkan posisi duduknya dan tanpa pikir panjang, Jack langsung bermain dengan payudara itu, mengulum dan mengisapnya hingga membuat wanita itu menggeliat kenikmatan.
            Wanita ini pun mulai menurunkan seluruh tanktop dan membuat kedua payudara itu terbuka bebas. Wanita itu begitu terangsang hingga tangan wanita itu bermain-main dengan payudaranya sendiri, menarik dan memilin puncak payudara sendiri sementara Jack bermain dengan payudaranya yang lain.
            Jari Jack yang masih berada di dalam kewanitaan yang sangat basah itu terus bergerak tanpa henti. Jack benar-benar menikmati saat-saat seperti ini. Saat di mana wanita bertekuk lutut dan menyerahkan diri padanya dengan pasrah.
            Gerakan tangan Jack pun semakin liar dan ia tahu sebentar lagi wanita itu akan mencapai klimaksnya. Dengan cepat Jack mengeluarkan tangannya dari kewanitaan itu dan membiarkan wanita itu terperangah menatapnya. Terengah-engah.
            "Slowly, Baby. I don't wanna make you scream here. I wanna feel you, too. I wanna make you scream again and again," bisik Jack di telinga wanita itu.
            Dengan cepat, wanita itu membereskan pakaiannya dan menempelkan payudaranya di lengan Jack saat wanita itu memeluk tangannya. "Bagaimana kalau kita pergi sekarang?" bujuk wanita itu.
            Jack langsung berdiri, menarik tangan wanita itu, dan mencoba keluar dari barisan kursi mereka. "Ke mana?" tanya Damian denga wajah penasaran.
            "I wanna fuck her," jawab Jack singkat.
            Damian melemparkan senyum bangga pada Jack dan ia pun melenggang keluar dari ruangan bersama dengan wanita asing itu. Ia benar-benar harus menyalurkan gairahnya atau ia akan kembali ke rumah dan bermain dengan dirinya sendiri. Hal yang sangat ia benci.
∞∞∞∞∞
            Film yang berlangsung hampir dua jam tersebut benar-benar membuat Clara tersentuh. Pengorbanan dan cinta yang tulus membuat film yang diisi dengan sedikit intrik dan pertikaian tersebut terasa begitu indah. Setidaknya film itu membuat Clara berharap agar dapat menemukan seorang pria yang mampu berkorban demi mempertahankan dirinya.
            Lampu ruangan pun menyala dan satu per satu para penonton berjalan keluar. Mereka pun keluar dari ruangan itu. Kejadian yang tidak terduga saat ia bertemu dengan Mr. Golden benar-benar membuat Clara tertunduk malu. Bukan karena popcorn-nya yang berserakan, tapi karena Pak Timothy menarik tangannya seakan menegaskan kalau ia adalah milik pria itu.
            Ingin rasanya Clara menghempaskan tangan Pak Timothy saat itu, tapi saat ia melihat wanita yang berdiri bergelayut manja di tangan Mr. Golden membuat Clara melemparkan jauh-jauh rasa malunya dan melenggang begitu saja dari hadapan Mr. Golden. Clara tidak peduli, benar-benar tidak peduli dengan siapa Mr. Golden pergi karena pria itu bukanlah miliknya.
            Ia juga tidak peduli apa yang akan pria itu lakukan dengan wanitanya. Dan saat ini, Clara benar-benar bertekad kuat untuk tetap menutup hatinya dan memegang teguh sikap profesionalismenya. Clara berjanji ini terakhir kalinya ia memikirkan Mr. Golden.
            Clara harus tetap fokus pada tujuan utamanya dan berusaha sekuat mungkin agar tak ada hal apapun atau seorangpun yang mampu mengacaukan pikirannya. Mereka pun keluar dari ruangan dan Clara sudah tidak melihat Mr. Golden ataupun temannya itu. Kejadian tadi membuat Pak Timothy seakan begitu melindunginya. Menjaga ke manapun ia berjalan, bahkan semakin menempel padanya.
            Hari mulai gelap, waktu menunjukkan hampir jam enam sore, dan Clara merasa lelah. Besok ia harus segera bangun lebih awal agar bisa menyelesaikan beberapa berkas yang masih belum sempat ia rapikan. "Gue capek, Tam. Pulang, yuk," ajak Clara saat mereka berada di eskalator.
            "Busettt ... ini masih pagi. Si Pak Timothy mau ngajakin kita ke klub malam," celoteh Tamara dengan cepat.
            "What??" sahut Clara cepat sambil menatap Tamara dengan tatapan paling sinisnya.
            Seakan menyadari kesalahan karena sudah bicara terlalu jujur, Tamara langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. "See? Masih mau bilang kalau kalian nggak rencanain ini semua dari awal?? Bener, 'kan?" tuduh Clara kesal.
            Mereka pun menuruni eskalator, lalu berjalan menyusuri barisan toko di sebelah kiri mereka. "Gue kecewa sama lo, Tam," ucap Clara sebelum ia berjalan cepat meninggalkan Tamara di belakangnya.
            "Tunggu, Ra. Please, dengerin gue dulu," mohon Tamara sambil menyusul Clara dan menarik tangannya.
            Clara pun menghentikan langkahnya dan menatap Tamara dengan perasaan jengkel. "Apa? Lo mau jelasin apa lagi?" tanya Clara dengan nada menuntut.
            "Gue terpaksa, Ra. I need money, just like you," jawab Tamara.
            Clara menoleh ke arah Pak Timothy dan teman pria Tamara yang berhenti beberapa langkah dari mereka. Tampaknya para pria itu berusaha menjauh dari mereka dan menyadari bahwa telah terjadi sebuah pertengkaran di antara Tamara dan Clara yang disebabkan oleh Pak Timothy. Sedangkan pria itu terlihat sedang melindungi diri dari luapan kekesalan Clara dengan cara berbincang dengan teman Tamara. Dasar Pengecut! gerutu Clara semakin kesal.
            "You are not like me, Tam. Gue butuh uang, ya gue kerja. Bukannya mengharapkan uang dengan cara mengorbankan teman sendiri!" semprot Clara yang langsung membuat Tamara terperangah.
            Wajahnya tampak terluka saat mendengar apa yang Clara lontarkan. Ia tahu ini adalah tamparan yang keras bagi Tamara, tapi ia harus melakukan hal ini. Sejak awal, Tamara tahu apa yang selalu ia jaga dari sikap profesionalisme kerja. Tapi, sepertinya Tamara tidak menghargai keputusannya dan tetap menyodorkan Clara pada pria beristri itu. Clara benar-benar marah dan kecewa.
            Tanpa banyak bicara, Clara meninggalkan Tamara begitu saja dengan wajah terperangah. Tapi, tak lama kemudian Clara mendengar suara derap kaki yang mendekat ke arahnya. Clara langsung memutar tubuhnya menatap Tamara yang masih berusaha menyusulnya.
            "Stop, Tam! Gue butuh waktu untuk sendiri," tolak Clara dan melanjutkan perjalanannya.
            Ia berjalan cepat dan berharap segera sampai di pintu keluar mall. Clara menoleh sekali ke belakang dan terkejut melihat Pak Timothy yang ternyata berjalan cepat sedikit berlari mendekatinya. Clara semakin mempercepat jalannya, tapi pria itu memiliki langkah yang lebih besar dan menarik tangan Clara, berusaha menghentikannya.
            "Clara, jangan marah. Ini semua –“
            "Lepaskan!" bentak Clara memotong kalimat pria itu sambil menghempaskan genggaman tangan Pak Timothy.
            "Aku menyukaimu, Clara. Aku benar-benar menyukaimu," ucap Pak Timothy jujur.
            Bukannya merasa tersanjung, ia malah semakin merasa jijik mendengar ungkapan perasaan itu. "Maaf, saya tidak bisa membalas perasaan Anda, Pak," tolak Clara tegas.
            "Aku akan memberikan apa saja untukmu, Clara," bujuk Pak Timothy dengan wajah memelah.
            "Tapi, Anda memiliki istri! Apa Anda tidak memikirkan perasaan istri Anda??" tanya Clara tegas sambil menunjukkan raut wajah ketidaksukaannya pada pria itu.
            Ucapan Clara seakan memberikan tamparan hebat di wajah Pak Timothy. Ia harus melakukan hal ini agar pria itu sadar masih ada wanita di rumahnya yang menunggu suaminya pulang. Clara sudah tidak peduli dengan penilaian mantan bos-nya ini. Sekarang atau tidak sama sekali, pikir Clara dengan penuh tekad.
            "Aku akan menceraikannya, jika itu yang kamu inginkan, Clara," balas Pak Timothy terlihat begitu jujur.
            Mata Clara terbelalak lebar mendengar keputusan gila yang pria itu lontarkan hanya demi memiliki dirinya. Bajingan! gerutu Clara dengan penuh kebencian. Clara langsung membalikkan tubuh,melanjutkan langkahnya.
            "Clara, tunggu!" panggil Pak Timothy sambil mengikuti langkahnya.
            "Berhenti atau saya teriak!" bentak Clara penuh amarah.
            Clara pun kembali menuju pintu utama, memanggil taksi, dan pulang ke apartemen dengan perasaan campur aduk.
∞∞∞∞∞
            Jack terduduk di pinggir tempat tidur saat wanita asing - yang sampai saat ini sama sekali tidak ia ketahui namanya - sedang berada di kamar mandi. Jack benar-benar bingung dengan dirinya sendiri. Bukannya rasa lega yang ia dapat setelah melakukan hubungan seks dengan wanita itu, tapi rasa hampa dalam dadanya terasa semakin kuat dan sangat menyiksa.
            Ia tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya dan apa yang harus ia lakukan untuk menghapus kekosongan yang begitu mendominasi dirinya. Jack menikmati hubungan seks dengan wanita manapun, tapi ia terus merasa bahwa ada yang tidak lengkap. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya dan ia tidak tahu apa itu.
            "Kamu nggak mandi?" tanya wanita itu dengan lembut saat melangkah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuhnya.
            Jack menoleh ke arah wanita itu dan melihat handuk yang melingkar rendah hingga ia bisa melihat lekukan serta belahan payudara yang bulat dan menantang. Ia tidak terangsang lagi dan itu sangat aneh. Jack mengalihkan pandangannya begitu saja dari tubuh wanita itu dan menarik celananya yang tergeletak di lantai.
            Ia beranjak dari tempat tidur lalu dengan cekatan Jack mengenakan celananya. "Kamu sudah mau pergi?" tanya wanita itu sambil menghampiri Jack yang sedang sibuk dengan celananya.
            Tangan wanita itu melingkar di pinggang Jack tanpa rasa malu sedikit pun. Wanita itu mulai membelai perut Jack yang ramping dan merasakan setiap lekuk tubuhnya. Seperti di sengaja, handuk yang melilit tubuh wanita itu pun terlepas dan terongok di lantai.
            Jack bisa merasakan payudara wanita itu menempel di punggungnya dan sesekali menggesek-gesekkan payudara itu hingga Jack bisa merasakan betapa cepatnya debaran jantung wanita itu. Jack menghentikan belaian wanita itu yang mulai terasa begitu liar hingga bergerak ke arah kejantanannya.
            Tangan Jack menggenggam kedua tangan itu lalu melepaskan dirinya dari pelukan wanita itu. "Kamu tidak menginap di sini?" tanya wanita itu lagi sambil memberikan raut wajah kecewa.
            Jack menggelengkan kepala, lalu melepaskan genggamannya dari tangan wanita itu, kemudian melangkah menuju sisi lain kamar, dan mengambil bajunya yang tergeletak di lantai. Wanita ini sepertinya tidak rela membiarkan Jack pergi dan kembali menghampirinya. "Tapi, aku masih ingin bersamamu, Jack,"
            "But, i don't," tolak Jack dengan tegas.
            Wanita ini lebih tegar dibandingkan dengan beberapa wanita yang pernah tidur dengannya. Wanita ini tampaknya masih ingin berhubungan seks dengannya. Dengan kepercayaan diri yang begitu besar sebesar payudara yang terlihat begitu menantang, wanita itu menghampirinya dan menarik tangan Jack lalu mengarahkan tangannya ke arah payudara yang terasa lembut.
            "I want you. Again and again," bujuk wanita itu.
            Jack menangkis dan menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar, lalu menatap wanita itu dengan tatapan tajam dan penuh hina. "I don't!" tolak Jack, kali ini suaranya sangat tegas dan sedikit membentak.
            Ia sama sekali tidak pernah berhubungan seks dengan wanita yang sama lebih dari sekali kecuali dengan karyawan genitnya yang sudah menandatangani surat perjanjian dengannya. Tidak akan pernah.
            Jack membiarkan wanita itu terpaku dan menatapnya dengan tatapan terluka, tapi Jack benar-benar tidak peduli. Meskipun wanita itu menangis darah dan bersujud di hadapannya, ia tetap tidak akan peduli. Jack berjalan ke arah pintu kamar hotel tersebut dan mengenakan sepatunya dengan cepat.
            Wanita itu masih berdiri telanjang menatap Jack yang tidak memedulikan perasaan wanita itu. Aku hanya menggunakannya untuk kepuasanku sesaat, jadi jangan pernah berharap lebih, batin Jack sambil sesekali melirik ke arah wanita yang terus memerhatikannya.
            "Thank you for the sex. It's quite fun," ucap Jack datar tanpa perasaan sama sekali sebelum ia keluar dari ruangan itu dan meninggalkan wanita itu sendirian.
            I don't care about other woman's feeling. I only care about Sasha and i can't wait to see her tommorow.
            Jack melangkah dengan pasti dengan seringai kecil mengembang di wajahnya.

∞∞∞∞∞

Tidak ada komentar: