PART 10
Waktu
menunjukkan pukul sebelas malam. Desi masih berusaha untuk bisa tidur dengan
nyenyak. Kehadiran Mike di rumah ini membuatnya tidak dapat tidur dengan
tenang. Ia memeriksa lagi pintu kamarnya untuk yang ke tiga kalinya. Terkunci.
Namun dia tetap saja tidak bisa tidur.
Desi
bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya. Ia berjalan menuju dapur,
mengambil segelas air dan meminumnya hingga gelas itu kosong. Desi berjalan ke
kamar tidurnya. Ia melirik ke arah ruang tamu, dimana Mike tertidur dengan
nyenyak di atas sofa tamu.
Tanpa
disadari, Desi melangkah ke arah Mike yang sedang tertidur. Ia memperhatikan
wajah Mike yang terlelap. Wajahnya begitu tampan dan mempesona dalam tidurnya
yang lelap. Ingin rasanya Desi mengecup bibir indah Mike, namun Desi tidak
ingin membuat Mike beranggapan yang tidak-tidak.
Ia
meninggalkan Mike dan melangkah masuk ke dalam kamar tidurnya. Desi memasang
alarm kemudian dia berbaring di tempat tidurnya. Ia memejamkan matanya. Tak
lama kemudian ia pun tertidur.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Alarm
berbunyi, Desi terbangun dari tidurnya dan langsung bergegas masuk ke kamar
mandi. Dengan cepat ia membasuh tubuhnya, menyikat gigi lalu mengeringkan
rambutnya yang basah. Ia pun mengenakan pakaian yang sudah ia siapkan semalam
agar bisa mempersingkat waktunya.
Setelah
ia berpakaian, ia memoleskan make
up di wajahnya yang halus.
Lalu menyisir rambutnya. Ia membiarkan rambutnya yang hampir kering, tergerai.
Desi keluar dari kamarnya dan melihat Mike yang masih tertidur pulas.
Desi
pergi ke ruang dapur dan mempersiapkan roti panggang dan segelas teh manis
untuk sarapan. Jam masih menunjukkan pukul setengah tiga subuh. Setelah roti
panggangnya siap, Desi menyajikannya di atas piring putih dan meletakkannya di
atas meja makan.
Setelah
mempersiapkan semuanya, Desi membawa koper kecil dan tas laptopnya ke ruang
tamu. Desi pun menghampiri Mike yang masih tertidur nyenyak. "Mike.
", panggil Desi mencoba untuk membangunkan pria itu. "Mike.",
panggil Desi lagi, tapi pria itu sama sekali tidak bergerak.
Mungkin
suaraku terlalu pelan. Pikir
Desi. "Mike!", panggil Desi lagi, kali ini sambil sedikit mengguncang
tubuh pria itu. Mike pun membuka matanya dengan malas. Mike meregangkan
tubuhnya, lalu bangun dan duduk di sofa itu. Desi pun duduk di samping Mike.
"Jam
berapa ini?", tanya Mike. Suaranya berat. Wajahnya masih terlihat
mengantuk dan sesekali menguap.
"Hampir
jam tiga subuh.", jawab Desi sambil memperhatikan tingkah laku Mike. Pria
itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang besar. Mengusap wajahnya. Lalu
salah satu tangannya mencoba merapihkan rambutnya yang berantakan. Lucu. Pikir Desi.
"Cepat
sekali sudah subuh. ", kata Mike sambil menguap.
"Ya.
Aku sudah menyiapkan roti panggang dan teh manis untukmu. Sebaiknya kamu
mengisi perut sebelum kita berangkat. ", kata Desi.
"Bolehkah
aku ke kamar mandi sebentar?", tanya Mike.
"Silahkan.
Pakai saja kamar mandiku. Ada sabun cair kalau kamu mau pakai.", jawab
Desi sambil beranjak dari sofa, lalu berjalan menuju ruang makan. Mike berdiri
dan berjalan menuju kamar tidurnya lalu menghilang di balik pintu. Desi menarik
kursi dan duduk sambil mengambil selembar roti panggang.
Desi
mengoleskan selai coklat di atas roti panggang itu lalu mengambil lagi selembar
roti panggang. Mike keluar dari kamar tidurnya lalu berjalan ke arahnya.
"Maaf, apa aku bisa pinjam handuk?", tanya Mike. Wajahnya memerah
saat bertanya kepada Desi. Malu.
"Oh...ada...
Sebentar ya.", jawab Desi. Lalu ia pun berjalan menuju kamarnya dan Mike
mengikuti dari belakang. Mike masuk lagi ke dalam kamar mandi, sedangkan Desi
mencari handuk yang pantas untuk dia berikan pada Mike.
Desi
mengambil selembar handuk berwarna biru, lalu menutup lemarinya. Desi mengetuk
pintu kamar mandi, berniat memberikan handuk pada Mike. Tidak ada jawaban. Desi
mengetuk pintu kamar mandi untuk yang kedua kalinya dan tidak ada jawaban juga.
Apa
yang dia lakukan? Pikir
Desi. Ia mencoba mengetuk pintu lagi, namun tidak ada jawaban juga. Desi
menekan gagang pintu dan mendorong pintu itu sedikit. Dia melihat Mike, yang
sedang berendam dalam bathtub dan tertidur.
Pantas
saja dari tadi aku mengetuk pintu tidak ada jawaban. Kata Desi
dalam hati. Desi menghampiri pria itu dan menatap dada bidang Mike yang
telanjang. Benar-benar indah dan seksi. Wajahnya yang tertidur membuat dirinya
semakin mempesona.
Pria
ini kliennya. Pria ini menciumnya. Dan sekarang, pria ini sedang berendam dan
tertidur di dalam bathtub-nya.
Apa yang sedang mereka lakukan sekarang? Apa yang mereka jalani saat ini? Dan
kenapa ia merasa tenang dan senang saat melihat pria itu dengan kondisi seperti
ini? Pikir Desi.
Semua
berjalan begitu cepat. Gejolak dan penolakan yang dia berikan malah membuat
pria ini semakin hari semakin dekat dengan dirinya. Apakah Desi mulai membuka
hatinya untuk pria ini? Jika hal itu benar, ia harus menjaga agar perasaannya
tidak mengacaukan pekerjaannya. Pikirnya lagi.
"Mike.",
panggil Desi sambil terus memandang pria itu. Matanya tidak bisa berhenti
mengamati pria itu.
"Mike.",
panggil Desi lagi. Mike pun membuka matanya dan terkejut melihat Desi yang
berdiri di hadapannya.
"What
the.... Apa yang kau lakukan?", tanya Mike. Wajahnya merona. Mike
mencoba menutupi tubuhnya dengan gumpalan busa yang ada di dalam bathtub itu.
"Tenang
saja. Aku hanya ingin memberikan handuk ini.", jawab Desi, wajahnya pun
merona. Matanya masih terus memandangi Mike.
"Apa
yang kau lihat?", tanya Mike kesal bercampur malu.
"Nggak
ada.", jawab Desi. Ia memalingkan wajahnya dan beranjak dari tempat itu.
Ia pun meletakkan handuk di atas wastafel kecil di samping bathtub.
"Sebaiknya
kau jangan tidur lagi di dalam sana. Kita mau berangkat.", kata Desi
sambil meninggalkan Mike di dalam kamar mandi. Desi menutup pintu kamar mandi
dan berdiri diam di balik pintu. Jantungnya berdegup dengan kencang.
Situasi
ini benar-benar membuat gairah Desi bergelora, jantungnya berdegup sangat
kencang. Mike begitu mempesona dan menggoda. Dadanya yang bidang dan tangannya
yang terbentuk indah, membuat Desi membayangkan dirinya berada dalam dekapan
pria itu.
Hufff
... Hufff... Desi
menghembuskan nafasnya, berusaha untuk menenangkan dirinya. Terdengar suara
cipratan air dari balik pintu. Tampaknya Mike sudah selesai mandi. Desi
berjalan cepat keluar dari kamarnya. Dia menutup pintu kamar itu dan berjalan
menuju meja makan.
Tak
lama kemudian, Mike keluar dari kamar tidurnya. Wajahnya segar, rambutnya agak
basah namun tampak sensual. Pria itu masih mengenakan pakaian yang sebelumnya.
Mike berjalan menuju meja makan, Desi mencoba untuk tidak menatap pria itu.
"Terima
kasih sudah ijinin aku pakai kamar mandinya.", kata Mike sambil menarik
kursi.
"Sama-sama.
Nih, sarapan dulu. Biar kita bisa berangkat.", balas Desi sambil
menyodorkan piring yang berisi roti. Desi berdiri dan mengisi teh manis ke
dalam gelas Mike. "Thanks...", kata Mike sambil meminum minumannya.
Desi duduk kembali di kursinya dan melanjutkan sarapannya.
Mereka
berdua melahap roti panggang itu dengan tenang. Tak ada kata-kata basa basi.
Desi berusaha tidak menatap mata Mike, ia takut bayangan Mike dalam bathtub kembali muncul dalam pikirannya. Mike
pun asik dengan santapannya.
"Terima
kasih untuk sarapannya.", kata Mike sambil mengangkat piring dan gelasnya.
Mike berjalan menuju tempat cuci piring. Pria itu mencuci piring dan gelasnya.
"Apa
yang kau lakukan?", tanya Desi yang masih asik mengunyah.
"Nyuci
piring.", jawab Mike singkat.
"Jangan.
Biar aku saja.", gumam Desi sambil beranjak dari kursinya, mulutnya masih
mengunyah roti yang ada di dalam mulutnya. Ia membawa piring dan gelas kotor,
lalu berjalan ke arah Mike yang sedang mencuci piring. Desi melihat Mike yang
begitu telaten mencuci piring.
"Kau
bisa nyuci piring?", tanya Desi kaget.
"Memang
ada yang aneh?", tanya Mike
"Kau
kan seorang 'TUAN'. Biasa hidup santai dan selalu dilayani.", kata Desi
mengejek
"Aku
hidup sendiri saat kuliah di Amerika. Jadi mau nggak mau, ya aku harus mengurus
hidupku sendiri.", kata Mike sambil tertawa kecil, kedua tangannya asik
menyuci piring.
"Kedua
orang tuaku tidak pernah mendidikku menjadi anak manja, yang selalu mendapatkan
semuanya dengan mudah. Mereka selalu mengajarkanku nilai kemandirian dan
tanggung jawab. Walaupun orang tuaku memiliki kekayaan, tapi aku tidak pernah
menerima sesuatu dengan mudah. Aku harus belajar, berusaha dan bekerja keras
dengan keringatku sendiri.", jelas Mike.
Desi
terpana mendengar penjelasan Mike. "WAW... Orang tua yang hebat.",
ucap Desi. "Sini piringnya.", kata Mike sambil meminta piring dan
gelas yang Desi bawa.
"Orang
tuaku, terutama ayahku. Selalu mendidikku dengan lembut dan penuh pengertian.
Dia selalu mengajarkan bahwa kami sebagai laki-laki bukan hanya sebagai kepala.
Tapi kita juga harus bisa menjadi tangan, kaki dan tubuh bagi keluarga. Seorang
pria yang hebat harus bisa menjadi penolong, pekerja dan pelindung bagi
keluarganya. Karena itu, ayahku selalu mendidikku untuk mandiri dan bertanggung
jawab.", jelas Mike.
"Ketika
kedua orang tuaku meninggal, mereka mewarisiku seluruh aset dan semua kekayaan
mereka. Tapi mereka tidak semudah itu memberikan semua ini kepadaku. Ada
beberapa syarat yang mereka berikan padaku agar aku benar-benar bisa memiliki
semuanya.", lanjut Mike. Desi mendengarkan dengan baik.
"Hampir
semua persyaratan mereka dapat aku penuhi. Dan aku akan terus berusaha sampai
semua warisan itu benar-benar jatuh ke tanganku dan bukan ke tangan orang yang
tidak bertanggung jawab. Aku tidak ingin kekayaan yang dibangun dengan susah
payah oleh kedua orang tuaku, hancur dan hilang begitu saja.", kata Mike
sambil meletakkan piring ke raknya.
"Dan
diumurku yang sekarang, masih ada satu syarat lagi yang belum bisa aku penuhi.
Hal itu sangat berpengaruh kepadaku. Karena saat aku berusia tiga puluh dan
belum memiliki istri, maka rumah kediamanku, tempat di mana aku dibesarkan,
akan diberikan kepada salah satu panti sosial yang ditunjuk oleh ayahku.",
kata Mike kesal sambil berjalan ke arah ruang tamu.
"Memang
sekarang umurmu berapa?", tanya Desi sambil mematikan lampu dapur dan
lampu ruang tamu. Mereka pun keluar dari rumah itu.
"Masih
dua puluh sembilan tahun. Lima bulan lagi aku akan berumur tiga puluh tahun.",
jawab Mike sambil mengangkat koper Desi dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Apa?
Dua puluh sembilan?", tanya Desi memastikan. Desi mengunci pintunya dan
berjalan ke arah Mike yang sedang menutup pintu mobilnya.
"Ya.
Apa ada yang salah?", tanya Mike bingung.
"Ternyata
aku lebih tua darimu, ya. Hahaha...", kata Desi sambil tertawa kegirangan.
"Memang
umurmu berapa?", tanya Mike sambil membukakan pintu untuk Desi.
"Tahun
ini masuk ke tiga puluh tiga.", jawab Desi. Wajahnya tersenyum malu,
pipinya merona. Mike menatap Desi dan rautnya keheranan.
"Masa?",
tanya Mike memastikan.
"Iya.
Memangnya kenapa?", tanya Desi balik
"Aku
kira kau seusia denganku. Bahkan aku kira dirimu lebih muda dariku. Wajahmu
tidak menunjukkan kalau kau berusia kepala tiga.", jawab Mike.
"Kenapa?
Apakah masalah?", tanya Desi. Wajahnya tiba-tiba cemberut, tidak suka.
"Nggak...
Tidak masalah sama sekali.", jawab Mike sambil tersenyum. Mike menutup
pintu Desi. Pria itu masuk ke dalam mobil, duduk dan menyalakan mesin mobilnya.
"Semua
sudah siap?", tanya Mike.
"Sudah.",
jawab Desi singkat.
"Kau
benar-benar tidak seperti berusia kepala tiga.", ucap Mike sambil
memperhatikan Desi dari ujung kaki ke kepala, dan tersenyum.
"Mike!
Kau ini...", ucap Desi kesal.
"Baiklah...
baiklah...", balas Mike dan mereka pun berangkat menuju Hotel meninggalkan
rumah Desi.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar