Minggu, 14 Januari 2018

BEAUTIFUL MADNESS (21+) - PROLOG




PROLOG

            Bangun pagi, mandi kilat nan bersih, berpakaian sempurna dan rapi, memoles riasan yang sempurna di wajahnya yang cantik, lalu dilanjutkan dengan sarapan kilat yang hanya berupa semangkuk mie instan. Bukan karena ia begitu menyukai mie instan, tapi karena di pertengahan bulan – di mana keuangan mulai menipis – ia pun harus mulai mengurangi pengeluarannya agar ia bisa bertahan sampai akhir bulan ini.

            Clara melakukan kegiatan itu setiap hari, mulai dari hari Senin hingga Sabtu, bahkan mungkin di hari Minggu pun ia harus melakukan rutinitasnya tersebut. Pekerjaannya menuntut Clara agar bisa bergerak cepat, ringkas, dan cekatan. Bukan hanya kepintarannya yang dipergunakan, tapi kesempurnaan dari ujung rambut hingga ujung kakinya merupakan aset utama baginya.

            Bekerja sebagai seorang sekretaris merangkap asisten seorang Owner perusahaan besar adalah pekerjaan yang selalu ia dambakan sejak ia kecil. Sambil menikmati semangkuk mie instannya, Clara teringat asal mula mengapa ia begitu mendambakan pekerjaan itu. Waktu itu, saat ia berusia tujuh tahun, Clara kecil bertemu dengan seorang wanita cantik dengan pakaian blazer yang melekat tepat di tubuhnya yang ramping. Rambutnya yang panjang, tergerai sangat indah dan tersenyum manis padanya. Mereka sedang berada di dalam sebuah kereta yang berangkat dari kota Bogor menuju kota Jakarta.

            Saat itu, Clara kecil sedang bepergian dengan ayahnya menuju rumah salah satu kerabat ayah yang berada di Jakarta. Clara memang terlahir sebagai seorang anak piatu. Ia hidup berdua dengan ayahnya dan ia begitu mencintai ayahnya sampai ayahnya meninggal saat ia berusia sepuluh tahun.

            Clara kecil menatap wanita itu dengan tatapan yang terpesona, seakan wanita itu adalah sosok orang yang ia puja. Kecantikan wanita itu begitu menghipnotis Clara kecil. Ia penasaran siapa dan apa pekerjaan wanita itu, karena sejak saat itu Clara bertekad untuk mengikuti jejak wanita asing itu. Dengan keberanian seorang gadis kecil nan polos, Clara kecil memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya pada wanita cantik itu.

            Dengan tangan mungilnya, Clara kecil menarik ujung blazer wanita itu yang langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum dengan hangat. “Tante, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Clara kecil, tatapan kagumnya membuat wanita itu tersenyum lebih lebar padanya. Senyuman itu membuat Clara semakin terpesona.

            “Tanya apa, Sayang?” tanya wanita itu dengan suara yang terdengar begitu halus dan merdu.

            “Tante begitu cantik. Apa pekerjaan tante? Clara mau jadi seperti tante,” tanya Clara kecil dengan polosnya.

            Wanita itu membelai rambut Clara kecil dengan lembut dan senyuman hangat itu mengembang di wajah cantiknya. “Sekretaris, Sayang,” jawab wanita itu dengan lembut.

            Sekretaris. Itu adalah cita-citanya dan ia berjanji untuk melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, profesional, dan totalitas. Dan sampai saat ini, Clara tak pernah bosan melakukan pekerjaannya. Terutama karena ia memiliki sebuah tujuan penting dalam hidupnya. Tujuan penting yang mampu mengubah jalan hidupnya. Tujuan yang memengaruhi masa depannya.

∞∞∞∞∞

            Mr. Golden. Begitulah orang-orang memanggilnya.

           Ketampanan maksimal, kekayaan melimpah, dan ketenangan hidup yang didambakan semua orang, sudah ia miliki. Tapi, kesalahannya di masa lalu pada seorang wanita, membuat dirinya tidak bisa hidup dengan tenang. Mr. Golden berusaha sekeras mungkin untuk meminta maaf, bahkan berencana untuk memiliki wanita itu kembali.

         Baginya, tak ada satupun wanita di dunia ini yang dapat menggantikan kedudukan ‘cinta pertama’-nya. Wanita itu begitu sempurna, cantik, dan polos. Wanita itu adalah tujuan hidupnya. Satu-satunya wanita yang pernah ia cintai, bahkan mungkin wanita itu adalah cinta terakhir dalam hidupnya.

          Sampai akhirnya seorang sekretaris bernama Clara masuk ke ruangannya. Seorang wanita yang tampak lugu, mudah gugup, dan bergerak lebih lambat daripada mantan-mantan sekretarisnya yang pernah bekerja dengannya. Mr. Golden, yang terkenal dingin, arogan, dan pemarah, tersentuh oleh sebuah tujuan terpendam yang Clara simpan baik-baik. Ia pun berusaha keras menolak perasaan yang mulai timbul di hatinya. Tapi, sekeras apa pun ia menolak, akhirnya ia menyadari bahwa tak semua bisa berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

         Kehadiran Clara semakin berarti di dalam kehidupan Mr. Golden, membuatnya kehilangan kendali akan pikiran bahkan gairahnya sendiri. Apa aku sudah gila? Dia itu sekretarisku, pikir Mr. Golden mencoba menyadarkan dirinya yang mulai bereaksi bagaikan campuran kimia yang salah. Meletup-letup dan siap untuk meledak.

            “Ini tidak benar! Aku harus segera mewujudkan impian Clara agar wanita itu segera pergi dari kehidupanku. Hanya itu caranya,” ucap Mr. Golden sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

            Ya, hanya itu caranya. Membantu Clara mencapai tujuan hidupnya dan membiarkan wanita itu pergi darinya. Bukan karena ia tidak bisa menaklukkan wanita itu, tapi karena ia merasa kalau dirinya bukanlah pria yang pantas menjadi pelabuhan terakhir Clara.

∞∞∞∞

Tidak ada komentar: