Jumat, 27 Januari 2017

A STOLEN HEART (21+) - BAB 3


BAB 3


     Sasha bangun dari tidurnya, cahaya bulan menerangi malam itu. Ia mengambil jam tangannya, yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya, dan melihatnya dengan seksama. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Ingin sekali ia kembali meringkuk ke dalam selimut dan melanjutkan tidurnya. Tapi entah kenapa dirinya sama sekali tidak merasa mengantuk.
     Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kaca besar yang mengarah ke balkon kamar itu. Sasha menggeser pintu kaca itu dan sejenak ia menikmati angin malam yang menyentuh kulitnya dengan lembut.
     Suara deburan ombak terdengar di kejauhan. Pandangannya memandang jauh ke arah hamparan laut. Suasana saat itu begitu sunyi dan tenang. Sasha melangkahkan kakinya menuju balkon dan berdiri terdiam di pinggiran balkon. Bayangan pria itu selalu muncul dalam mimpinya setiap kali ia mendapatkan tugas untuk mengurus suatu pernikahan.
     Bayangan pria yang pernah menghancurkan hidupnya dan membuatnya menjadi seperti sekarang. Wanita yang selalu anti akan komitmen dan menolak untuk jatuh cinta pada seorang pria. Sasha menghirup nafas dalam-dalam dan menghelanya dengan pelan.
     "Bebanmu berat sekali."
    Terdengar suara Ted dari balkon sebelah. Sasha terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan. Ia melihat Ted yang sedang duduk santai di balkon sambil memegang secangkir kopi di tangannya. Apakah orang ini tidak pernah tidur atau dia memang sengaja mencoba menggangguku? Pikir Sasha.
     "Bukan urusanmu," jawab Sasha ketus.
  "Aku bersedia menjadi tempat untuk berbagi beban," ucap Ted mencoba untuk membujuknya.
     "Aku tidak perlu tempat berbagi."
    "Baiklah kalau begitu," ucap Ted sambil berjalan ke pinggir balkonnya, berusaha agar semakin dekat ke sisi balkon Sasha.
     Sasha tidak memperdulikan apa yang pria itu lakukan. Pandangannya tetap mengarah ke depan, sedangkan Ted terus memperhatikan Sasha yang sedang berdiri tak berkutik. Entah apa yang ada di dalam pikiran Ted, yang pasti saat ini Sasha ingin sekali menghapus kegelisahan dalam dirinya.
    Pandangan Sasha tampak kosong, pikirannya pergi jauh ke masa di mana ia bisa merasakan cinta dan tergila-gila akan seorang pria. Bulu kuduknya berdiri seketika saat ia membayangkan sentuhan pria itu di kulitnya yang lembut.
     Sasha masih bisa mengingat betapa manis dan lembutnya bibir itu saat pria itu mencium dan bermain dengan bibirnya. Pria itu benar-benar membuat Sasha mabuk kepayang. Kejadian itu sudah berlalu lama sekali, hingga bayangan wajah pria itu pun hampir saja terlihat samar-samar dalam pikirannya.
     Tapi apa yang pria itu lakukan padanya tidak bisa hilang dari ingatan Sasha. Sama sekali tidak bisa hilang. Dan hal itu begitu berbekas di diri Sasha hingga saat ini. Entah sampai kapan.
     "Apa kau pernah mencintai seseorang?" tanya Sasha tiba-tiba.
   "Aku? Ya. Aku pernah mencintai seseorang dan sampai sekarang pun aku masih mencintainya," jelas Ted sambil bertumpu pada pinggiran balkon.
   "Apa kau pernah merasakan sakit karena mencintai seseorang?" tanya Sasha lagi, pandangannya tetap mengarah ke lautan sambil mencoba menyimak apa yang pria itu katakan.
    "Ya, saat ini pun aku masih merasakan sakit itu, tapi aku mencoba untuk bangkit dari perasaan itu," jawab Ted sambil menghela nafas dalam-dalam. Suara pria itu terdengar berat saat menjawab pertanyaan Sasha.
     Sasha kembali terdiam, pandangannya kosong dan raut wajahnya begitu murung. Apa yang sedang aku lakukan saat ini? kenapa aku bertanya hal yang tidak-tidak pada pria ini? Semua ini tidak ada hubungannya dengan pria ini, aku harus menghentikan ini. Pikir Sasha.
     "Maaf aku sudah bertanya yang tidak-tidak," kata Sasha sambil membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju pintu kaca.
     "Tunggu!" panggil Ted. Sasha menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Ted. Entah kenapa air matanya jatuh begitu saja. Sasha memalingkan wajahnya dan dengan cepat masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Ted yang kebingungan di luar sana.
∞∞∞∞∞∞∞∞
    Sasha terbangun di pagi harinya dan dengan cepat ia pun mandi dan bergegas mengenakan pakaiannya. Pagi ini ia sudah mempunyai janji untuk bertemu dengan vendor dekorasi, dan di sinilah dia. Berdiri di pinggir pantai bersama beberapa petugas dekorasi dan kepala vendornya.
    Pernikahan kali ini akan diadakan di pinggir pantai. Sepupunya meminta untuk mengadakan acara garden beach party untuk pernikahannya yang akan di adakan besok. Beberapa orang sedang mengangkat beberapa kursi dan meja yang akan mereka gunakan esok hari.
     Beberapa orang yang lain sedang mengangkat sebuah altar berwarna putih. Pihak dekorasi juga sibuk menghias sebuah gerbang berwarna putih, yang dihiasi dengan mawar putih dan pita-pita kecil yang menjulur ke bawah, membuat gerbang untuk jalan masuk pengantin terlihat begitu indah dan mewah. 
     Sasha dan pemilik vendor sedang berbicara mengenai peletakan kursi, meja dan beberapa keperluan lainnya. Setelah semua kursi, meja dan altar sudah diletakkan sesuai dengan arahannya, Sasha mencoba untuk berkoordinasi dengan pihak katering dan pengelola hotel.
     Waktu terasa berjalan begitu cepat. Tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul empat sore. Sasha baru saja selesai berkoordinasi dengan pihak hotel untuk pengaturan listrik dan segala macam yang berhubungan dengan acara pernikahan besok.
     Hari ini terasa melelahkan, tapi Sasha sangat menyukainya. Ia sangat suka dengan yang ia kerjakan. Mengatur dan menyusun sebuah acara dengan rapih dan sempurna. Sasha sedang duduk di salah satu kursi santai di pinggir pantai saat Ted menghampirinya. "Hai! Ternyata kamu di sini. Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ted sambil berdiri di samping kursi Sasha.
   "Aku baru saja selesai mengurus persiapan acara pernikahan sepupuku yang akan diadakan besok hari," jawab Sasha sambil menulis beberapa catatan di bukunya.
     "Besok? Dimana?" tanya Ted penasaran.
    "Iya, besok," jawab Sasha tanpa melihat sedikit pun ke arah Ted, "di sinilah, memangnya mau dimana lagi?"
    Pria itu langsung duduk di kursi santai tepat di samping Sasha, sedangkan Sasha terus berkutat dengan buku catatan dan ponselnya.
     "Kenapa kamu yang harus mengurus semuanya?" tanya Ted semakin mendekat.
     "Huff... " Sasha menghela nafasnya, "apakah kau akan berhenti menggangguku jika aku menjawab pertanyaanmu itu? Karena aku benar-benar butuh konsentrasi saat ini."
    "Yup, aku akan diam kalau kamu menjelaskan semuanya padaku," jawab Ted sambil tersenyum kecil.
     Sasha meletakkan buku catatannya dan memutar badannya ke arah Ted. Wajah pria itu benar-benar tampan, membuat konsentrasi Sasha buyar seketika. Jantung Sasha pun berdebar dengan cepat, tapi ia berusaha untuk tidak terlalu menggubris perasaannya saat ini. yang ia butuhkan saat ini adalah berkonsentrasi pada pekerjaannya.
    "Aku memiliki usaha bersama kedua sahabatku. Kami mendirikan perusahaan Event Organizer. Belle Organizer. Kami biasa mengurus hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan sebuah acara, biasanya seperti acara rapat kantor, gathering atau pun pernikahan
    Dan saat ini sepupuku menyewa jasa perusahaan kami untuk mengurus pernikahannya yang akan diadakan besok siang di pinggir pantai ini. Kau bisa melihat altar yang sudah berdiri kokoh di sana?" tunjuk Sasha ke arah altar yang sudah berdiri kokoh di tempatnya, "ya... semua itu aku yang persiapkan. Aku sudah mempersiapkan semuanya dan sekarang aku sedang mempersiapkan detail-detail terakhir agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana dan sempurna."
    Sasha menjelaskan pada Ted dan pria itu mendegarkan penjelasannya dengan serius. Selama ini ia mengira mata pria itu berwarna hitam gelap, ternyata Sasha baru menyadari bahwa Ted memiliki bola mata berwarna biru gelap jika terkena sinar matahari.
    "Ternyata kamu orang yang sangat perfeksionis ya," ucap Ted setelah Sasha selesai memberi penjelasan.
   "Terserah bagaimana penilaianmu, tapi sekarang beri aku waktu sebentar untuk menyelesaikan ini. Karena aku harus memastikan semua sudah terkoordinasi dengan baik," pinta Sasha pada Ted.
     "Baiklah," ucap Ted.
    Ted membiarkan Sasha kembali berkutat dengan buku catatannya, sedangkan pria itu asik dengan ponselnya. Sesekali Sasha melirik ke arah Ted, mencoba untuk mengetahui apa yang pria itu lakukan. Tapi pria itu hanya asik bermain dengan ponselnya tanpa mengganggunya sedikit pun.
     Matahari semakin lama semakin tenggelam di balik hamparan lautan. Warna senja itu menarik perhatian Sasha. Ia menutup buku catatannya dan meletakkannya di atas meja kecil yang berada tepat di samping kursinya. Sasha merebahkan dirinya di kursi pantai itu dan menikmati sunset yang sangat indah .
    "Kamu sudah selesai?" tanya Ted saat melihat Sasha yang tampak rileks di atas kursinya.
     "Sudah," jawab Sasha singkat.
  "Maukah kamu makan malam denganku?" tanya Ted tiba-tiba dengan senyum mengembang di wajah tampan itu.
    "Apakah kau selalu mengajak setiap wanita yang tidak kau kenal sama sekali?" tanya Sasha sambil lalu, matanya tetap tertuju pada matahari yang perlahan-lahan menghilang di balik lautan biru itu.
    "Aku mengenalmu. Namamu Sasha, seorang wanita yang selalu menyendiri bahkan selalu membentengi diri setiap kali aku dekati. Kamu juga seorang wanita mandiri yang memiliki usaha bersama kedua sahabatmu dan sekarang kamu sedang mempersiapkan sebuah acara pernikahan sepupumu."
    "Apakah aku benar atau aku memang benar?" tanya Ted dengan wajah penuh senyum-an.
    "Kau hanya mengenalku sebatas itu. Dan semoga hanya sebatas itu. Karena aku tidak terlalu suka dekat dengan seorang pria," ucap Sasha agak sinis, berusaha untuk membuat pria itu menjauh.
     "Apakah kamu seorang penyuka sesama jenis?" tanya Ted langsung.
     "Hahahahaha," tawa Sasha sambil menggelengkan kepalanya.
   "Bukan, aku masih menyukai pria. Tapi untuk saat ini aku sedang tidak ingin menjalin hubungan atau apa pun itu yang berbau romantisme," jelas Sasha masih sedikit tertawa kecil melihat wajah Ted yang tampak sedikit terkejut.
   "Hufff... Syukurlah kalau begitu. Setidaknya aku masih punya kesempatan, bukankah begitu?" ucap Ted mencoba menggoda Sasha. Tapi ia sama sekali tidak tergoda dengan kata-kata pria itu.
    Ted memang pria yang tampan dan menyenangkan. Tapi seperti biasa, pria seperti itu akan pergi begitu saja setelah tahu tentang masa laluku. Pria seperti Ted hanya akan mencari wanita yang suci, bukan seperti aku yang kotor ini. Batin Sasha.
     Ia mencoba menutupi sakit hatinya. Ia tidak ingin seorang pun mengetahui masa lalunya. Sasha mencoba untuk menutup dan menyembunyikan masa lalunya dari siapa pun, bahkan Desi dan Maira sama sekali tidak mengetahui tentang dirinya yang dulu. Dirinya yang kotor dan rusak.
   "Yahh... terserahlah. Sekarang aku mau makan," ucap Sasha sambil beranjak dari kursinya, "tawaranmu masih berlaku, kan? Kalau tidak, aku akan makan sendiri lagi malam ini."
    "Tentu saja masih," jawab Ted dengan senang.
    Mereka pun berjalan menuju hotel dan berbincang kecil selama perjalanan. Mungkinkah Sasha mulai membuka hatinya pada pria? Atau mungkin semua ini hanya menjadi kesan sesaat saja?
∞∞∞∞∞∞∞∞    

Tidak ada komentar: