Jumat, 03 Februari 2017

A STOLEN HEART (21+) - BAB 9



BAB 9


     Ted menatap Sasha dengan lembut. Akhirnya ia mengetahui apa yang membuat wanita itu begitu misterius. Begitu rapuh dan tertutup. Ted terluka saat mendengar cerita itu keluar dari bibir indah itu. Ingin rasanya ia menghentikan cerita itu, tapi ia harus mengetahui semuanya dengan jelas.

     Sasha menatapnya dengan pandangan penuh tanya. Ted tahu wanita itu pasti terkejut saat me-nyadari bahwa Ted sama sekali tidak takut dan tidak pergi begitu saja. Dia tidak ingin menjauh dari wanita ini, bahkan hal ini membuatnya menjadi semakin ingin lebih dekat dengannya. Semakin ingin mengenalnya lebih jauh.

     Sifat protektifnya muncul begitu saja dan Ted sama sekali tidak mengerti mengapa perasaan ini tiba-tiba menerpanya. Ia tidak pernah merasakan peraasan sebesar ini. Perasaan ingin menjaga dan melindungi seorang wanita.

     Saat ia bersama dengan Na, bukan perasaan ini yang ada di dalam dirinya. Ia ingin menjaga Na, tapi dengan Sasha terasa berbeda. Bukan hanya ingin menjaga, tapi ingin melindungi dan perasaan aneh lain yang belum pernah ia rasakan. Apakah mungkin aku...? Mungkinkah?

     “Kamu tahu? Setiap manusia memiliki sisi gelap dan masa lalu yang kelam. Tergantung bagaimana orang itu melaluinya,” ucap Ted sambil menatap Sasha dengan lembut.

     “Aku juga memiliki masa lalu. Aku tahu masa laluku tidak sekelam masa lalumu, tapi sangat di-sayangkan jika masa lalumu itu membuatmu menjauh dari setiap pria yang mendekatimu. Kamu adalah seorang wanita yang pantas untuk dicintai dan dilindungi. Dan kamu salah jika kamu berpikir kalau kamu adalah wanita yang kotor.

     Kamu tidak kotor, Sasha. Para pria itulah yang kotor. Dan kamu tahu? Kamu adalah wanita yang sangat layak untuk diperjuangkan. Wanita yang kuat dan tegar. Tidak semua wanita bisa setegar dirimu. Aku sangat bangga dan senang bisa mengenalmu,” ucap Ted sambil menatap wanita itu dengan senyum bangga padanya, tangannya menggenggam tangan Sasha dan membelai punggung tangannya dengan ibu jarinya.

     Sasha tampak begitu terkejut dan air matanya tiba-tiba jatuh membasahi pipinya. Ted tahu betapa sakit dan hancurnya diri wanita itu. Ted mengerti betapa kelam masa lalunya. Ia langsung menarik Sasha masuk ke dalam pelukannya.

     Pelukannya begitu erat. Tubuh wanita itu tampak kaku dalam pelukannya, namun lama-kelamaan tubuh itu seperti mencair dan Sasha pun menangis dengan kencang. Tangisan kelegaan, bukan tangisan karena sakit hati dan malu. Suara tangisan itu membuat hati Ted tersayat, perih dan sakit. Wanita ini butuh seorang pria yang kuat. Seorang pria yang mampu melindunginya dan menjaganya.

     Ya. Aku sanggup melakukan hal itu. Aku akan melakukan hal itu. Aku akan melindunginya dan menjaganya. Batin Ted tiba-tiba. Ia sendiri terkejut dengan perasaannya itu.

     Ted melonggarkan pelukannya, mengangkat tangannya ke wajah wanita itu lalu menengadahkan wajahnya. Ia menyeka air mata itu dengan ibu jarinya., lalu ibu jari itu berjalan dan menyentuh bibir bawah Sasha. Tanpa ragu, ia mengecup bibir itu. Bibir yang hangat dan bergetar karena tangisan. Ted mengecup bibir itu beberapa kali hingga tangisan itu melambat dan berhenti.

     Ia mengatupkan kedua tangannya di pipi Sasha, menatap mata Sasha dalam-dalam dan tersenyum lembut pada wanita itu. “Kamu cantik dan kamu harus bersyukur dengan kecantikanmu,” ucap Ted dengan suaranya yang berat namun menenangkan.

     Sasha tidak menjawab apa-apa. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya. Ted mengecup bibir indah itu sekali lagi kemudian ia melepaskan tangannya dari wajah Sasha. Ted berdiri, lalu berbalik ke arah wanita itu dan mengulurkan tangannya pada Sasha yang masih duduk di atas batang kayu besar itu. Tanpa ragu, Sasha langsung menyambut uluran tangannya.

     Dengan suara cegukan karena menangis, wanita itu mengikuti langkah kaki Ted menuju ke arah hotel. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan dan langkah mereka pun membawa mereka ke depan pintu lift. Sasha menatap Ted dengan pandangan bingung. Pintu lift terbuka dan mereka pun masuk ke dalam lift itu.

     “Kamu harus memperbaiki riasanmu. Aku ingin kamu tampil cantik malam ini,” ucap Ted sambil menekan tombol di dalam lift.

     “Tapi acara itu...”

     “Tenang saja. Aku yakin semua akan berjalan lancar,” ucap Ted sambil melingkarkan tangannya di pinggang Sasha.

     “Aku ingin saat ini kamu menjadi pasanganku di acara itu. Bukan sebagai pelaksana acara, tapi sebagai pasanganku. Kamu mau?” tanya Ted sambil menatap lembut wanita itu.

     Sasha memalingkan pandangannya dari Ted. Ia tahu wanita itu pasti sedang berpikir tentang sesuatu. Ted akan berusaha agar Sasha melupakan masa lalunya sejenak. Kembali menjadi Sasha yang ia kenal. Sasha yang menyenangkan.

     “Baiklah,” ucap Sasha dengan suara pelan.

     Ted tersenyum lembut saat mendengar jawaban itu. Mereka pun terdiam sambil menunggu pintu lift itu terbuka. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan mereka melangkahkan kaki mereka menuju pintu kamar Sasha.

     Sesampainya di depan pintu kamar Sasha, wanita itu mengeluarkan kartunya dan membukakan pintu untuk Ted. “Apakah kamu mau menemaniku sebentar di dalam sini?” tanya Sasha dengan suara pelan, wajah wanita itu tampak merona.

     “Baiklah,” jawab Ted santai. Ia berjalan masuk ke dalam kamar itu dan menutup pintu di belakang-nya. Sasha berjalan menuju lemari pakaiannya dan mengeluarkan sebuah gaun malam. Wanita itu melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan Ted sendirian di dalam kamar itu.

     Ia berjalan ke arah pintu kaca, menggeser pintu itu dan melangkah ke tepi balkon. Ia bisa melihat acara pernikahan itu masih berlangsung dengan lancar. Suara alunan musik yang lembut dan beberapa orang yang sedang menari di lantai dansa terasa bagaikan boneka hiasan yang sedang menari-nari.

     Malam itu langit tampak cerah. Bintang-bintang bertaburan di langit, membuat suasana malam itu terasa begitu indah. Ia mengingat kembali setiap cerita yang Sasha ceritakan padanya. Ia merasa kasihan pada wanita itu.

     Wanita yang begitu cantik dan mempesona. Ia bisa membayangkan bagaimana cantiknya Sasha saat ia masih remaja. Karena saat ini Sasha tampak sangat mengagumkan dan begitu mempesona, dan ia yakin wanita itu pasti sama mempesonanya saat masih remaja.

     Tak salah jika semua pria mendekatinya dan mencoba merayunya. Namun pria yang bernama Jack itu menyalahgunakan kecantikan Sasha. Entah kenakalan apa yang pria jahat itu pernah lakukan. Tapi baginya, apa yang pria itu lakukan pada Sasha bukanlah sebuah gurauan dan kenakalan remaja pada umumnya.

     Sikap pria itu tidak jauh beda dengan para bajingan dan pemerkosa lainnya. Yang lebih kejam lagi adalah saat itu mereka masih berusia remaja dan sudah bisa berpikiran untuk berbuat seperti itu. Hal yang sangat tidak masuk akal. Hal itu benar-benar merusak Sasha. Merusak kecantikan dan kesucian Sasha.

     Rasa amarah menyelimuti dadanya saat membayangkan kejadian itu. Ingin rasanya ia membunuh para bajingan itu. Genggaman tangan Ted pun semakin kuat mencengkram pinggiran balkon. Ia sama sekali tidak menyangka hal itu bisa menimpa wanita secantik Sasha.

     “Aku sudah siap,” ucap Sasha saat wanita itu keluar dari kamar mandi.

     Ted membalikkan badannya dan menatap langsung ke arah Sasha yang tampak begitu mem-pesona. Wanita itu mengenakan gaun malam berwarna hitam yang sangat elegan. Gaun malam itu melekat sempurna di tubuhnya. Korset berwarna hitam, yang menopang dan menekan bagian payudara itu, membuat tatapan Ted tidak bisa beralih dari tubuh indah itu.

     Gaun itu menunjukkan lekukan tubuh Sasha dengan indah. Punggungnya yang terbuka dan rok gaunnya yang jatuh tepat di atas pahanya yang mulus, menempel serta melekuk di tiap lekukan pinggung dan bokongnya. Membuat tubuh Sasha tampak begitu mengiurkan.

     Rambutnya yang ia gulung ke atas dan sebuah kalung mutiara yang melingkari leher indah itu, membuat Sasha tampil sangat sempurna. Riasan wajah yang tidak terlalu mencolok semakin mempercantik wajah Sasha yang sudah mempesona.

     “Kamu... you look so...” ucap Ted dengan terbata-bata. Kata-kata dari bibirnya seakan-akan malu untuk keluar karena melihat kecantikan Sasha yang begitu memabukkan.

     “Apakah aku tampak aneh?” tanya Sasha dengan wajah merona, malu dengan tatapan Ted yang memperhatikan wanita itu tanpa berkedip sedikit pun.

     Ted berjalan menghampiri Sasha, menarik pinggang Sasha dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang itu. “Kamu tampak mengagumkan dan membuatku tak bisa berkata apa-apa,” ucap Ted sebelum ia mencium bibir merah merekah itu dengan lembut.

     Ia tidak akan mengikuti gairah yang saat ini sedang berkobar dalam dirinya. Ia tidak ingin menyakiti Sasha. Ia tidak ingin mengecewakan Sasha. Sekarang ia akan mengenalkan sosok Ted yang sebenarnya. Ia akan memperlakukan Sasha layaknya seorang putri. Oktaviana_viviYa, dia akan membuat Sasha tidak akan melupakan malam ini. Dan Ted akan berusaha membuat Sasha melupakan masa lalunya dan melangkah menuju masa depan yang cerah.

     I promise.

∞∞∞∞∞∞∞∞

     Mereka berdua melangkah bersama menuju acara pernikahan itu. Ted sama sekali tidak mele-paskan tangannya dari tangan Sasha. Ia terus menggenggam tangan itu seakan-akan ia tidak ingin kehilangan kehangatan dari tangan Sasha.

     Wanita itu tampak mengagumkan. Semua mata pria, bahkan wanita pun menatapnya dengan pan-dangan kagum. Ted membawa Sasha melangkah menuju singgasana sang pengantin, melewati puluhan pasang mata yang memandang takjub ke arah Sasha.

     Wajah wanita itu merona merah. Dengan cekatan, Ted melepaskan tangannya dan melingkarkan salah satu tangannya di pinggul Sasha. Membuat wanita itu tersentak karena terkejut. Bahan gaun ini begitu lembut dan Ted yakin wanita itu bisa merasakan sentuhan dan kehangatan tangan Ted di pinggulnya.

     Ted mengiring Sasha dengan lembut, berjalan menghampiri singgasana sang pengantin. Sesam-painya di sana Ted bisa melihat Na yang tampak terkejut melihat dirinya menggandeng seorang wanita. Ted tahu ini bukanlah saat yang tepat dan ia tidak bermaksud untuk merusak acara itu.

     Tapi ia ingin menunjukkan pada Na kalau ia sudah bisa melangkah dan merelakan Na untuk Rico. Ia ingin Na menerima wanita yang akan bersanding dengannya. Seperti ia bisa menerima pria yang bersanding dengan Na.

     Mereka berdua mendekati pengantin dan Rico yang pertama kali berdiri menyambut kedatangan mereka. “Hai Ted, dari tadi aku mencarimu. Ke mana saja, bro?” tanya Rico sambil menjabat tangan Ted.

     “Aku sedang ada urusan tadi. Selamat ya untuk pernikahan kalian,” ucap Ted dengan penuh senyuman.

     “Hai, Sasha. Ternyata kamu bersama Ted, ya?” goda Rico sambil menjabat tangan Sasha. Mata Rico berkedip nakal ke arah Sasha, membuat perasaan Ted sedikit cemburu. Ia langsung menarik Sasha semakin masuk ke dalam pelukannya.

     “Aku...,” jawab Sasha ragu.

    “Ya. Aku sedang menjalin hubungan dengan Sasha sekarang,” jawab Ted langsung, mencoba memberi penjelasan tentang kebersamaan yang sedang mereka tampilkan saat ini.

     Sasha menatapnya dengan pandangan terkejut, begitu juga dengan Na. Ted bisa melihat Na yang dengan reflek membuka mulutnya saat mendengar ucapan Ted. Tapi Ted berusaha tidak memperhatikan hal itu. Oktaviana_viviTed menjulurkan tangannya ke arah Na dan wanita itu pun menjabat tangan Ted dengan cepat. “Elena... Perkenalkan ini adalah Sasha, sepupuku yang mengatur semua acara pernikahan kita,” ucap Rico sambil memperkenalkan Na pada Sasha.

     Wanita itu menjulurkan tangannya ke arah Na, tapi Na sama sekali tidak menyambut tangan Sasha. Ada rasa kesal dalam diri Ted saat melihat sikap Na pada Sasha. Wanita itu menarik tangannya kembali dan berusaha untuk tidak peduli dengan sikap Na yang sinis padanya.

     “Aku sudah mengenalmu,” jawab Na dengan nada sedikit sinis.

     “Aku juga tahu siapa dirimu sebenarnya,” lanjut Na dengan pandangannya yang tajam. Sasha tam-pak terkejut mendengar apa yang Na ucapkan.

     Ted tidak menyukai hal ini. Ia tahu Na pasti akan menyerang setiap wanita yang berada di dekat-nya. Dan sekarang ia berusaha untuk menyerang Sasha. Ted tahu siapa Na, dan ia juga tahu kalau Sasha mempunyai sisi jahat dan gelap dalam dirinya.

     Ia tidak ingin ini menjadi sebuah pertikaian. “Perkenalkan, ini Sasha. Dia adalah calon istriku,” ucap Ted dengan lantang.

     Dengan cepat Sasha menengadahkan wajahnya dan menatap Ted dengan pandangan tidak per-caya. Begitu juga dengan Na. Bahkan Rico pun memandangnya dengan mulut terbuka dan raut wajah terkejut, seakan-akan bola matanya ingin melompat dari kepalanya. Ted mempererat lingkaran tangannya di pinggul Sasha.

     “Kau tidak bercanda kan, Ted?” tanya Rico mencoba memastikan.

     “Tidak. Aku serius dengan ucapanku,” jawab Ted santai. Tersenyum lebar.

     “Bagaimana bisa?” tanya Na dengan nada sedikit tinggi.

     “Cinta pada pandangan pertama. Ya, aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku melihatnya, menatap matanya dan berbicara dengannya.”

     Ted menjelaskan sambil menatap Sasha dengan lembut. Pandangan penuh kehangatan dan ke-kaguman pada seorang wanita. Tatapan Sasha yang tadinya tampak terkejut, berangsur-angsur melembut dan bibirnya pun mulai tersenyum ke arahnya. Aku suka dengan senyum itu, batin Ted.

     “Baiklah kalau begitu,” kata Rico sambil menyodorkan tangannya untuk memberikan selamat pada Ted.

     “Selamat, ya. Aku harap kamu tidak mempermainkan Sasha, karena dia adalah wanita yang sangat baik,” ucap Rico sambil menjabat tangan Ted dengan antusias.

     “Dia bukan wanita baik-baik!” sanggah Na langsung dengan nada marah, setengah berteriak. Untung alunan musik cukup keras hingga bisa meredam suara Na yang cukup keras itu.

     “Elena!” panggil Rico dengan suara agak sedikit membentak.

     “Dia tidak pantas untuk Ted!!” lanjut Na lagi, wajahnya memerah karena amarah.

     “Hentikan!!”

     Ted menatap Na dengan pandangan penuh amarah. Dia tidak menyukai sikap Na pada Sasha. Na tidak berhak mengaturnya dan Ted pun tidak suka melihat Sasha dipermalukan di depan umum. “Hentikan aku bilang!” lanjut Ted dengan api amarah yang membara di matanya.

     “Aku mencintainya. Dan kau,” ucap Ted sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Na, “kau tidak boleh menyakitinya sedikit pun.”

     Wajah Na begitu terkejut mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Ted. Ya. Aku harus melakukan ini. Demi Na, demi Sasha dan demi kebaikan semuanya. Aku tidak ingin Na menyakiti Sasha. Aku memang mencintai Na, tapi aku sedang berusaha mengubur perasaan itu dalam-dalam. Kehadiran Sasha sangat membantuku melewati semua ini. Tak ada seorang pun yang bisa menyanggah hal itu. Bahkan Na sekalipun.

∞∞∞∞∞∞∞∞

Tidak ada komentar: